Selasa, 31 Desember 2013

Lalu Lintas Hati Pecinta Polisi

Diposting oleh Yuan Fasih di 18.13
Malam ini, raut mukaku mendadak kisut. Agenda tahun baruan bersama  mas Prabu Arghia kandas di tengah jalan. Entah mengapa mas Arghi lebih memilih bekerja daripada menghabiskan malam tahun baru ini bersamaku, padahal keluargaku sudah menanti kedatangan mas Arghi.
“Gimana, Nduk cah ayu? Mas Arghi jadi datang besok Selasa?” tanya ibu kepadaku.
“Belum tahu bu, semoga saja mas Arghi bisa datang… Nanti Elma tanyain lagi sama si Mas,” jawabku pelan sambil berlalu meninggalkan ibu di dapur.
Rasa-rasanya malam ini aku benar ingin membanting piring lalu mengata-ngatai atasan mas Arghi. Betapa tidak? Kami sudah lama merencanakan pertemuan keluarga kami berdua, khusus untuk membicarakan kelanjutan hubungan kami karena sebentar lagi kami akan bertunangan, tapi ternyata sore tadi mendadak mas Arghi meminta maaf dan mengatakan tidak bisa pulang ke Semarang. Berita itu sama seperti berita lelayu menurutku… aku bahkan sudah membuat dress rancanganku sendiri untuk acara pertemuan keluarga kami berdua.
Jam dinding menunjukkan pukul sembilan lebih seperempat menit ketika smartphoneku berdering, dan itu adalah telfon dari mas Arghi.
“Gimana aku ngomongnya sama bapak ibu mas? Aku nggak bisa kalo ngomong acara besok Selasa batal karena mas lebih mementingkan pekerjaan mas daripada aku? Bapak ibu sama mamah mas Arghi pasti kecewa banget mas… apalagi aku!”
“Maaf Dek, tapi ini tugas negara.. apa mas aja yang nanti ngomong sama bapak ibu?” mas Arghi mencoba menenangkanku.
“Nggak mas, jangan… biar aku yang ngomong… mas kehabisan tiket dan nggak bisa pulang”
“Tapi itu berarti kamu bohong?” mas Arghi tampak kecewa.
“Aku berbohong demi kebaikan kita berdua mas, aku udah kehabisan akal! Padahal aku udah kangen banget sama mas, udah 3 bulan kita nggak ketemu” kataku sambil sesenggukan menangis di telfon.
“Sudah… sudah jangan nangis! Mas nggak suka kalo Elma nangis”
“Mas nggak tau rasanya jadi cewek, semua cewek pasti bakal nangis kalo jadi aku mas!” aku menjawab mas Arghi dengan nada tinggi
            “Telfon mas kalo kamu udah berhenti menangis” mas Arghi memutuskan telfonnya tiba-tiba.
Begitulah kebiasaan mas Arghi, dia memang tak suka melihat orang nangis. Dia tak seperti cowok kebanyakan yang selalu bersikap lembut ketika pacarnya menangis, tiap kali kami berantem dan aku menangis dia selalu menutup telfonku dan memintaku menghubunginya lagi kalo aku sudah tenang. Aneh memang, tapi Lila bilang kalo mas Arghi seperti itu karena dia ingin menjadikanku wanita tegar dan menghilangkan sifat childishku yang dikit-dikit selalu nangis.

***
         Hari ini adik mas Arghi, Lila datang berkunjung ke rumah. Mengenakan dress tutu gradasi pink dan tosca, raut wajahnya tampak segar. Lesung pipinya membuat Lila terlihat manis, begitu juga keramahannya kepada keluarga kami. Sudah 2 tahun aku dan mas Arghi berpacaran, dan selama itu pula Lila sering datang berkunjung. Sebenarnya perkenalanku dengan mas Arghi terjadi pada saat Lila, sahabatku yang tak lain adalah adik mas Arghi merayakan ulang tahunnya yang ke 20 dan sejak saat itu… aku dekat dengan mas Arghi.
“Mas Arghi udah cerita sama aku, El. Kalo mas nggak dapet tiket kereta pulang… tapi kemaren mas bilang kalo acara tetep bisa jalan tanpa mas kok. Ganti aja acara liburan ke Bandungan bersama keluarga kita hehe” kata Lila cengar-cengir.
Rupanya mas Arghi tidak menceritakan hal yang sebenarnya kepada Lila.
“Tapi kan aneh kalo mas Arghi nggak ada… Pokoknya aku sebel banget sama masmu,” aku mencubit pipinya.
“Kamu bilang sebel tapi juga cinta sama masku kan? Hahaha lagian mama sama papa juga setuju kok. Nanti biar aku yang ngomong sama tante”
 Aku melirik Lila dan bengong beberapa detik, lalu segera memeluknya dan mengucapkan terimakasih. Sahabatku yang satu ini memang selalu saja bisa membuat hatiku tenang. Akhirnya agenda yang semula membicarakan acara pertunangan berubah jadi liburan akhir tahun keluargaku dan keluarga mas Arghi. Kami memutuskan untuk menyewa sebuah Villa di daerah Bandungan.

***
 Sore ini kami berangkat ke Bandungan. Macet sekali jalanan ini mungkin karena long weekend di akhir tahun, di luar jendela kulihat debu berterbangan, dan terik matahari masih terlihat menyengat kulit para pejalan kaki.
“Mbak Elma itu bedaknya udah luntur! Kebanyakan dempul sih hahahaa” perkataan si kecil Usman membuatku kelabakan nyari bedak two way cake di tasku dengan segera.
“Adek nggak boleh gitu ahh!” Lila mencubit pipi adiknya yang kelewat usil itu.
“Masih cantik kok dek” jawabku sambil tersenyum setelah mengecek dandananku masih oke.
Melihatku tersenyum, Usman menjulurkan lidahnya lalu melompat ke kursi depan kami. Ahh si unyil itu… memang selalu berusaha membuatku marah… dia adik mas Arghi yang paling kecil, umurnya baru 5 tahun. Dia selalu menjadi pengganggu ketika aku dan mas Arghi sedang berduaan. Mungkin memang benar, ketika ada dua insan berlawanan jenis sedang berduaan, maka orang ketiga adalah setan, dan bagiku… orang ketiga itu adalah si setan kecil unyil Usman hahaha.
Aku tahu betul, si unyil seperti itu karena dia cemburu padaku… kedua kakaknya sangat dekat denganku. Sementara itu, mas Arghi lebih sering mengajakku pergi daripada si setan kecil sejak kami berpacaran. Yah… karena itulah si unyil Usman selalu menunjukkan rasa tidak sukanya kepadaku. Tapi, bukan Elma Arishandy Oentoro namanya… jika aku tak bisa membuat si setan kecil bertekuk lutut kepadaku hahaha lihat saja nanti, Nak! Aku sudah tau kelemahanmu… Sotong Bakar Barbeque tak hanya cukup membuat perutmu kenyang, tapi juga membuat mulutmu bungkam menyukai masakan calon kakak iparmu ini hehee.
“Elma beneran mau masak Sotong Bakar Barbeque?” tanya Lila sambil melirik si unyil Usman.
“Iya dong… nanti aku bakal masak spesial banget hari ini! Pokoknya malam ini kita pesta barbeque di kebun hehehe”
“Sotong? Nanti kita makan Sotong, Mbak?” tanya Usman dengan mupeng mata belonya yang berkedap-kedip
“Hahaaa iya adek cakep… nanti kamu mau bantuin nggak?” tanyaku sambil mengusap kepalanya.
“Ya mbak aku suka banget sama sotong!!! Nanti aku bantuin deh” rupanya si setan kecil itu sudah masuk perangkapku.
“Asyik tos dulu dong!”

***

Lima belas menit kemudian, kami sampai di gerbang utama menuju Bandungan. Cuaca berubah drastis ketika hujan turun dengan derasnya. Masih macet memang, tapi hujan kali ini membawa berkah tersendiri bagi kami, karena satu persatu pengendara motor menepi di pinggir jalan, dan itu berarti keruwetan lalu lintas sedikit berkurang, walaupun masih banyak kendaraan pribadi dan angkutan umum yang masih lalu lalang.
Aku melirik si setan kecil yang tidur di pangkuanku. Bagai mendapat jackpot di Gamefantasia, dia mulai menyukaiku sejak percakapan sotong bakar barbeque tadi… tiba-tiba saja arwahnya meleleh kepadaku. Dia tampak sangat menyukai perjalanan ini sampai-sampai tertidur di pangkuanku.
“Lihat… kasian ya polisinya… ngatur lalu lintas di tengah-tengah hujan deras kayak gini… Jadi inget mas Arghi” kata Lila sambil menunjuk polisi yang tengah mengatur kepadatan lalu lintas di persimpangan jalan Ungaran menuju Bandungan.
“Iya… jadi inget mas Arghi…” kataku pelan karena takut membangunkan tidur Usman.
“Mama barusan telfon Arghi, tapi handphonenya nggak aktif dua-duanya. Nggak biasanya Arghi kayak gini” celetuk mama memecah keheningan.
“Mungkin batrei handphonenya mati, Ma” kataku mencoba menenangkan hati Mama.
“Iya nih mas Arghi kebiasaan deh… Punya Power Bank buat apa coba? Nggak pernah dipake itu, Ma” gerutu Lila.
“Ya… mungkin saja Arghi sibuk kan, Jeng? Mungkin dia sedang bertugas” Ibu menimpali pembicaraan kami.
Aku tersentak ketika ibu mengatakan seperti itu. Ya… sebenernya mas Arghi tak pulang bukan karena kehabisan tiket, tapi karena memang dia harus menunaikan tugasnya untuk mengatur lalu lintas di daerah puncak. Aku terdiam sejenak, aku tak ingin membuat mereka percaya dengan statement ibu. Aku memutar otak… jangan sampai pembicaraan ini terus berlarut, tiba-tiba si setan kecil bangun. Dia.. si kecil itu, sudah berhasil membantuku untuk mengalihkan pembicaraan.
“Maa aku laper… udah sampai belum yaa kok lama amat sih” katanya sambil mengucek-ucek matanya.
“Belum sayang, adek bobok lagi aja nanti kalo udah sampai mama bangunin deh” ucap mama ke si unyil
“Tapi aku maunya makan sotong, Ma” Usman melirikku sambil tersenyum.
“Iyaa deh… nanti kalo udah sampai kita langsung masak sotong. Tapi nggak jadi pesta kebun nih… ujan deres gini sih”
“Ya udah pesta kebunnya ganti di dapur aja hahahaa” Lila menimpali pembicaraan kami berdua.

***

Hujan gerimis mengiringi sepanjang perjalanan kami, dan pada akhirnya kami sampai di Villa Bougainville tempat kami menginap malam ini. Udara sangat dingin menusuk-nusuk tulang rusukku.
 “Aku sudah sampai di Villa mas. Malam ini hujan gerimis. Kami tak jadi pesta kembang api dan pesta kebun. Apa mas tahu… dinginnya… sama seperti hatiku yang membeku karena ketidakberadaan mas Arghi di acara yang seharusnya penting ini” aku mengirimkan pesan whatsapp ke mas Arghi.
“Selamat bekerja mas… selamat melewatkan malam tahun baru di jalan”.
Aku tak berharap mas Arghi segera membalas pesanku karena aku tahu, ia selalu mematikan handphonenya ketika sedang bertugas.
Segera setelah kami sampai dan menata barang-barang di Villa itu, aku dan Lila cepat memasuki dapur dan mulai memasak Sotong Bakar Barbeque. Tentu saja si setan kecil ikut ngintil di belakang kami. Berbekal resep rahasia dari chef Handoko, aku mulai memperagakan cara memasak Sotong Bakar Barbeque hasil berguru kepada teman sekolahku itu.
  Empat puluh menit kemudian hidangan sudah siap. Aku, Lila dan Usman mulai menata masakan kami di depan ruang keluarga. Di sana ada bapak, ibu, mama dan papa mas Arghi yang sudah menunggu sedari tadi sambil menonton tayangan televisi. 
“Elmaaa!!! Sini cepet! Ada mas Arghi!” tiba-tiba Lila memanggilku saat aku sedang mengambil saus sambal di dapur.
“Ada mas Arghi?” kataku keheranan. 
            “Kami bertugas untuk melayani masyarakat. Apalagi di malam tahun baru seperti ini, pasti banyak masyarakat yang ingin menghabiskan malam akhir tahun bersama dengan sanak keluarganya sehingga lalu lintas menjadi padat merayap. Kami hanya ingin semua berjalan dengan lancar, sehingga menekan angka kecelakaan lalu lintas. Semoga para pengguna jalan bisa selamat sampai tujuan” kata seorang polisi yang wajahnya sangat tidak asing. Kulihat dia memakai jas hujan sedang diwawancarai salah seorang reporter TVT di tengah-tengah lalu lintas jalan yang padat merayap.
“Arghi kok bisa masuk tv gitu ya? Hahaa wahh hebat! Hebat!” kata Papa dengan sangat bangga melihat anaknya masuk tv
“Bukannya Arghi bilang nggak bisa pulang karena kehabisan tiket, Lil?” kata mama
Seketika itu juga keringat dinginku keluar… aku takut kebohongan kami terbongkar, dan memang ini sudah-sudah hampir terbongkar. Mas Arghi masuk tv, aku melirik Mama yang terlihat kecewa, kemudian Ibu yang hanya diam sedari tadi.
“Maaf… maafin Elma ya…” bibirku tak kuasa menahan kebohongan ini lebih jauh. 
“Kamu kenapa minta maaf, El?” tanya Lila keheranan
Kupeluk erat tubuh Lila, lalu dengan segera kuceritakan kami terpaksa berbohong karena aku tak ingin membuat semua orang kecewa karena mas Arghi lebih memilih pekerjaan daripada acara dengan keluarganya di malam tahun baru. Aku sudah siap dengan konsekuensinya jika semua kecewa dengan sikapku yang menyuruh mas Arghi untuk berbohong demi menyelamatkan hubungan kami berdua. Tak disangka, Ibu tersenyum mendengar penjelasanku.
Nduk, untuk apa kamu berbohong? Pekerjaan mas Arghi pekerjaan yang mulia lho. Kami nggak mungkin kecewa karena kami tahu mas Arghi melakukannya untuk kebaikan masyarakat”
“Iya, Nduk… ini kan menyangkut hajat hidup orang banyak to? Bapak salut lho sama mas Arghi” kata bapak dengan logat khasnya.
“Mama kira minta maaf kenapa… ternyata cuma itu? Nggak apa-apa kalo jujur El, mama malah seneng, El” perkataan mama membuatku malu
“Udah-udah makan aja yuk... Usman laper nih!!!” si Usman menarik-narik baju mama sambil menepuk-nepuk perutnya.
Tingkah lucunya membuat suasana malam itu mendadak riuh. Ya… si setan kecil ini sudah dua kali membantuku mengalihkan pembicaraan. Hmmm… apa aku harus memanggilnya malaikat kecilku? Tapi mengapa aku lebih suka memanggilnya si setan kecil ya? Hahaha.
***
Piiipp
Smarthponeku berbunyi ketika jam telah menunjukkan pukul 02.00. Aku mendapat pesan suara dari mas Arghi lewat whatsapp.
Semua kata rindumu semakin membuatku tak berdaya..
Melepas semua kerinduan
Percayalah padaku akupun rindu kamu
Ku akan pulang…
Melepas semua kerinduan yang terpendam…
Selamat tahun baru sayang…
Aku pasti akan pulang… Tunggu aku di sampingmu tahun depan hehehe
Aku tersenyum mendengar suara mas Arghi, dia memang pandai bernyanyi. Segera kubalas pesan suaranya.
Selamat pagi sayang… Ini sudah tahun 2014 ku tunggu kau datang tepat di samping tempat tidurku” kataku dengan nada menantang.
***
“Bangun sayang… Selamat tahun baru… udah sholat subuh belum?” suara seorang laki-laki berhasil membangunkanku.
“Mas Arghi?!” kataku sambil mengucek-ucek mata tak percaya.
“Tau nggak mas tadi diketawain orang waktu nyanyi di kereta? Tapi ibu-ibu di sebelah bilang itu romantis lho... yang penting mas udah nepatin janji...  mas datang tepat di samping tempat tidurmu. Sekarang ayo kita sholat subuh berjamaah” katanya sambil tersenyum.
            “Jadi mas nyanyi waktu di kereta?” tanyaku keheranan
            Mas Arghi tak menjawab, ia hanya mengangguk kemudian menyuruhku untuk segera mengambil air wudhu.

1 komentar on "Lalu Lintas Hati Pecinta Polisi"

hilda permatasari on 12 Agustus 2016 pukul 08.58 mengatakan...

Terimakasih artikeL nya . .

 

[Fully Saiia Blog] Copyright 2009 Sweet Cupcake Designed by Ipiet Templates Image by Tadpole's Notez